Teknik Cara Beternak Ayam Buras (Ayam Kampung) Lengkap

Teknik Cara Beternak Ayam Buras (Ayam Kampung) Lengkap. Untuk artikel tentang PEDOMAN TEKNIK BETERNAK AYAM BURAS (AYAM KMPUNG) akan disampaikan peta halamannya adalah sebagai berikut:

Peta Halaman Teknik Cara Beternak Ayam Buras (Ayam Kampung) Lengkap :

1. PENDAHULUAN

2. BIBIT AYAM KAMPUNG

3. PEMELIHARAAN

4. PERKANDANGAN AYAM KAMPUNG

5. PAKAN AYAM KAMPUNG

6. PENYAKIT & PENCEGAHAN

Teknik Cara Beternak Ayam Buras (Ayam Kampung) Lengkap





1. PENDAHULUAN

Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dgn sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat & telah banyak dipelihara oleh peternak-peternak maupun masyarakat umum sebagai usaha untuk pemanfaatan pekarangan, pemenuhan gizi keluarga serta meningkatkan pendapatan. Dikarenakan dgn pemeliharaan sistem tradisional, produksi telur ayam buras sangat rendah, ± 60 butir/tahun/ekor. Berat badan pejantan tak lebih dari 1,9 kg & betina ± 1,2 ~ 1,5 kg, maka perlu diintensifkan. Pemeliharaan yg intensif pada ayam buras, dapat meningkatkan produksi telur & daging, dapat mencegah wabah penyakit & memudahkan tata laksana. Sistem pemeliharaan ayam buras meliputi : bibit, pemeliharaan, perkandangan, pakan & pencegahan penyakit.



2. BIBIT AYAM KAMPUNG

Ciri-ciri bibit yg baik :
  1. Ayam jantan
    • Badan kuat & panjang.
    • Tulang supit rapat.
    • Sayap kuat & bulu-bulunya teratur rapih.
    • Paruh bersih.
    • Mata jernih.
    • Kaki & kuku bersih, sisik-sisik teratur.
    • Terdapat taji.
  2. Ayam betina (petelur) yg baik
    • Kepala halus.
    • Matanya terang/jernih.
    • Mukanya sedang (tidak terlalu lebar).
    • Paruh pendek & kuat.
    • Jengger & pial halus.
    • Badannya cukup besar & perutnya luas.
    • Jarak antara tulang dada & tulang belakang ± 4 jari.
    • Jarak antara tulang pubis ± 3 jari.


3. PEMELIHARAAN

Ada 3 (tiga) sistem pemeliharaan :
  1. Ekstensif (pemeliharaan secara tradisional = ayam dilepas & mencari pakan sendiri).
  2. Semi intensif (ayam kadang-kadang diberi pakan tambahan).
  3. Intensif (ayam dikandangkan & diberi pakan).
Apabila dibedakan dari umurnya, ada beberapa macam pemeliharaan, yaitu :
  1. Pemeliharaan anak ayam (starter) : 0 - 6 minggu, dimana anak ayam sepenuhnya diserahkan kepada induk atau induk buatan.
  2. Pemeliharaan ayam dara (grower) : 6 - 20 minggu.
  3. Pemeliharaan masa bertelur (layer) : 21 minggu sampai afkir (.... 2 tahun).
Untuk memperoleh telur tetas yg baik, diperlukan 1 (satu) ekor pejantan melayani 9 (sembilan) ekor betina, sedangkan untuk menghasilkan telur konsumsi, pejantan tidak diperlukan.



4. PERKANDANGAN AYAM KAMPUNG

Fungsi kandang yaitu :
  1. Untuk tempat berteduh dari panas & hujan.
  2. Sebagai tempat bermalam.
  3. Untuk memudahkan tata laksana.
Syarat kandang yg baik, yaitu :
  1. Cukup mendapat sinar matahari.
  2. Cukup mendapat angin atau udara segar.
  3. Jauh dari kediaman rumah sendiri.
  4. Bersih.
  5. Sesuai kebutuhan (umur & keadannya).
  6. Kepadatan yg sesuai.
  7. Kandang dibuat dari bahan yg murah, mudah didapat & tahan lama.
Kepadatan kandang :
  1. Anak ayam beserta induk : 1 - 2 m 2 untuk 20 - 25 ekor anak ayam & 1 - 2 induk.
  2. Ayam dara 1 m 2 untuk 14 - 16 ekor.
  3. Ayam masa bertelur, 1 - 2 m 2 untuk 6 ekor & pejantan 1 ekor.


5. PAKAN AYAM KAMPUNG

Zat-zat makanan yg dibutuhkan terdiri dari : protein, energi, vitamin, mineral & air. Adapun konsumsi pakan adalah sebagai berikut :
  • Anak ayam dara 15 gram/hari
  • Minggu I-III 30 gram/hari
  • Minggu III-V 60 gram/hari
  • Minggu VI sampai menjelang bertelur 80 gram/hari
  • Induk 100 gram/hari
Pemberian pakan adalah sehari dua kali, yaitu pagi & sore, sedangkan air minum diberikan setiap saat.



6. PENYAKIT & PENCEGAHAN
  1. ND = Necastle Desease = Tetelo
    Pencegahan: lakukan vaksinasi ND secara teratur pada umur 4 hari, 4 minggu & 4 bulan diulangi lagi setiap 4 bulan sekali.
  2. Cacingan
    Pencegahan : hindarkan pemeliharaan tradisional.
  3. CRD (pernafasan)
    Pengobatan : Chlortetacyclin (dosis 100-200 gr/ton ransum) atau tylosin (dosis 800 -1000 gr/ton ransum).
  4. Berak Darah
    Pengobatan : Prepara Sulfa atau anyrolium dilarutkan dlm air minum, dosis 0,012 -0,024% untuk 3 - 5 hari.
  5. Pilek
    Pengobatan : sulfadimetoxine 0,05% dilarutkan dlm air minum selama 5 -7 hari.
  6. Cacar
    Pencegahannya : vaksinasi 1 kali setelah lepas induk. 
Semoga artikel Teknik Cara Beternak Ayam Buras (Ayam Kampung) Lengkap di atas dapat bermanfaat. Terimakasih atas kunjungannya di blog Budidaya Desa ini. 

Continue lendo >>

PASCAPANEN JAHE

PASCAPANEN JAHE. Berikut adalah hal-hal yang terkait dengan pasca panen jahe yaitu:

PASCAPANEN JAHE

PASCAPANEN JAHE
PASCAPANEN JAHE
  1. Penyortiran Basah & Pencucian : Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, & gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran & tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya & jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas & senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran & banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
  2. Perajangan : Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel & alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya & taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
  3. Pengeringan : Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab & dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi..Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50 ° C - 60 ° C. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven & pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan
  4. Penyortiran Kering. : Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
  5. Pengemasan : Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih & kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih & metode penyimpanannya.
  6. Penyimpanan : Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab & suhu tidak melebihi 30 ° C & gudang harus memiliki ventilasi baik & lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih & terbebas dari hama gudang.
Baca Selengkapnya tentang budidaya jahe di : Teknik Cara Budidaya Tanaman Jahe Lengkap
 
Artikel Lainnya:
 
Semoga artikel tentang PASCAPANEN JAHE ini bermanfaat. Terimakasih atas kunjungannya di blog BudidayaDesa ini. Ayo Bangun Desa dengan Budidaya!
 

Continue lendo >>

PANEN JAHE

PANEN JAHE. Beberapa hal yang terkait dengan PANEN JAHE yaitu:

PANEN JAHE

PANEN JAHE
PANEN JAHE
  1. Ciri & Umur Panen : Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang & sisanya dibiarkan sampai tua. Apabila jahe untuk dipasarkan maka jahe dipanen setelah cukup tua. Umur tanaman jahe yang sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi kuning & batang semua mengering. Misal tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan & akan berlangsung selama 15 hari atau lebih.
  2. Cara Panen : Cara panen yang baik, tanah dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah & kotoran lainnya yang menempel pada rimpang dibersihkan & bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab & penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan agak disebar.
  3. Periode Panen. : Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan, yaitu diantara bulan Juni – Agustus. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang & menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.
  4. Perkiraan Hasil Panen : Produksi rimpang segar untuk klon jahe gajah berkisar antara 15-25 ton/hektar, sedangkan untuk klon jahe emprit atau jahe sunti berkisar antara 10-15 ton/hektar.
Baca Selengkapnya tentang budidaya jahe di : Teknik Cara Budidaya Tanaman Jahe Lengkap
 
Artikel Lainnya:
 
Semoga artikel tentang PANEN JAHE ini bermanfaat. Terimakasih atas kunjungannya di blog BudidayaDesa ini. Ayo Bangun Desa dengan Budidaya!
 

Continue lendo >>

HAMA & PENYAKIT TANAMAN JAHE

HAMA & PENYAKIT TANAMAN JAHE. Berikut adalah jenis-jenis hama dan penyakit tanaman jahe.

HAMA & PENYAKIT TANAMAN JAHE

HAMA & PENYAKIT TANAMAN JAHE
HAMA & PENYAKIT TANAMAN JAHE
A.1. Hama
Hama yang dijumpai pada tanaman jahe adalah:
  • Kepik, menyerang daun tanaman hingga berlubang-lubang.
  • Ulat penggesek akar, menyerang akar tanaman jahe hingga menyebabkan tanaman jahe menjadi kering & mati.
  • Kumbang.
A.2. Penyakit
  1. Penyakit layu bakeri
    • Gejala: Mula-mula helaian daun bagian bawah melipat & menggulung kemudian terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning & mengering. Kemudian tunas batang menjadi busuk & akhirnya tanaman mati rebah. Bila diperhatikan, rimpang yang sakit itu berwarna gelap & sedikit membusuk, kalau rimpang dipotong akan keluar lendir berwarna putih susu sampai kecoklatan. Penyakit ini menyerang tanaman jahe pada umur 3-4 bulan & yang paling berpengaruh adalah faktor suhu udara yang dingin, genangan air & kondisi tanah yang terlalu lembab.
    • Pengendalian:
      • jaminan kesehatan bibit jahe;
      • karantina tanaman jahe yang terkena penyakit;
      • pengendalian dengan pengolahan tanah yang baik;
      • pengendalian fungisida dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%)
  2. Penyakit busuk rimpang
    • Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25 derajat C & terus berkembang akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk.
    • Gejala: Daun bagian bawah yang berubah menjadi kuning lalu layu & akhirnya tanaman mati.
    • Pengendalian:.
      • penggunaan bibit yang sehat;
      • penerapan pola tanam yang baik;
      • penggunaan fungisida.
  3. Penyakit bercak daun
    • Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa luka.
    • Gejala: Pada daun yang bercak-bercak berukuran 3-5 mm, selanjutnya bercak-bercak itu berwarna abu-abu & ditengahnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yang terserang bisa mati.
    • Pengendalian: baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit bercak daun sama halnya dengan cara-cara yang dijelaskan di atas.
A.3. Gulma 
Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, & gulma berdaun lebar lainnya. 
A.4. Pengendalian hama/penyakit secara organik
Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama & penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
  1. Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama & penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman
  2. Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami
  3. Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama & penyakit.
  4. Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
  5. Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama & penyakit potensial.
  6. Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan & tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.
Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati & digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:.
  1. Tembakau (Nicotiana tabacum) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.
  2. Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, & lalat buah.
  3. Tuba (Derris elliptica & Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan
    semprotan.
  4. Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng & serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV & Tungro.
  5. Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida & larvasida.
  6. Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron & biasanya digunakan untuk racun serangga & pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus. 
Baca Selengkapnya tentang budidaya jahe di : Teknik Cara Budidaya Tanaman Jahe Lengkap
 
Artikel Lainnya:

Semoga artikel tentang HAMA & PENYAKIT TANAMAN JAHE ini bermanfaat. Terimakasih atas kunjungannya di blog BudidayaDesa ini. Ayo Bangun Desa dengan Budidaya!
 

Continue lendo >>

PEDOMAN BUDIDAYA JAHE

PEDOMAN BUDIDAYA JAHE. Berikut adalah PEDOMAN TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN JAHE yaitu:

PEDOMAN BUDIDAYA JAHE

PEDOMAN BUDIDAYA JAHE
PEDOMAN BUDIDAYA JAHE
A.1. Pembibitan
  1. Persyaratan Bibit : Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi), & mutu fisik. yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama & penyakit. Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain:
    • Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
    • Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan).
    • Dipilih pula dari tanaman yang sehat & kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
  2. Teknik Penyemaian Bibit : untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan.
    1. Penyemaian pada peti kayu : Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas & dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida & zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.
    2. Penyemaian pada bedengan : Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, & di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari & sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah..Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan & setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas & beratnya 40-60 gram.
  3. Penyiapan Bibit : Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung & dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.
A.2. Pengolahan Media Tanam
  1. Persiapan Lahan : untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan syarat-syarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.
  2. Pembukaan Lahan : Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah & membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit & hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam & sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.
  3. Pembentukan Bedengan : Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek & sekaligus untuk encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
  4. Pengapuran : Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) & calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp & pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah & merangsang pembentukan biji.
    1. Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
    2. Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
    3. Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
A.3. Teknik Penanaman.
  1. Penentuan Pola Tanaman : Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi & produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
    1. Mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya harga.
    2. Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman.
    3. Meningkatkan produktivitas lahan.
    4. Memperbaiki sifat fisik & mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu). Praktek di lapangan, ada jahe yang ditumpangsarikan dengan sayur-sayuran, seperti ketimun, bawang merah, cabe rawit, buncis & lain-lain. Ada juga yang ditumpangsarikan dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah & beberapa kacang-kacangan lainnya.
  2. Pembutan Lubang Tanam : untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm untuk menanam bibit.
  3. Cara Penanaman : Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.
  4. Perioda Tanam : Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September & Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.
A.4. Pemeliharaan Tanaman
  1. Penyulaman : Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan untuk melihat rimpang yang mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan yang benar.
  2. Penyiangan : Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar..
  3. Pembubunan : Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara & air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam & diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan & sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah & banyaknya hujan.
  4. Pemupukan :
    1. Pemupukan Organik : Pada pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan & obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar & dicampur tanah olahan. untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, & 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan & bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
    2. Pemupukan Konvensional : Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang & pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; & ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), & K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N & K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) & sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan & 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur & ditanam di sela-sela tanaman.
  5. Pengairan & Penyiraman : Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September;
  6. Waktu Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk disemai & pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe. 
 Baca Selengkapnya tentang budidaya jahe di : Teknik Cara Budidaya Tanaman Jahe Lengkap
 
Artikel Lainnya:

Semoga artikel tentang PEDOMAN BUDIDAYA JAHE ini bermanfaat. Terimakasih atas kunjungannya di blog BudidayaDesa ini. Ayo Bangun Desa dengan Budidaya!

Continue lendo >>

  ©Budidaya Desa - Todos os direitos reservados.

Template by Dicas Blogger | Sitemap