Teknik Cara Budidaya Tanaman Jahe Lengkap

Teknik Cara Budidaya Tanaman Jahe Lengkap. Untuk artikel tentang PEDOMAN TEKNIK MENANAM JAHE akan disampaikan peta halamannya adalah sebagai berikut:

9. PASCAPANEN JAHE

Teknik Cara Budidaya Tanaman Jahe Lengkap

Teknik Cara Budidaya Tanaman Jahe Lengkap
Teknik Cara Budidaya Tanaman Jahe Lengkap
Tanaman jahe sudah terkenal sebagai bahan obat & penghangat. Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) & lain-lain.


1. SEJARAH SINGKAT JAHE

Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak & obat-obatan tradisional. Nama daerah jahe antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa & Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dsb - SEJARAH SINGKAT JAHE


2. URAIAN TANAMAN JAHE

2.1 Klasifikasi
  • Divisi : Spermatophyta
  • Sub-divisi : Angiospermae
  • Kelas : Monocotyledoneae
  • Ordo : Zingiberales
  • Famili : Zingiberaceae
  • Genus : Zingiber
  • Species : Zingiber officinale
2.2 Deskripsi.

Terna berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun sempit, panjang 15 – 23 mm, lebar 8 – 15 mm ; tangkai daun berbulu, panjang 2 – 4 mm ; bentuk lidah daun memanjang, panjang 7,5 – 10 mm, & tidak berbulu; seludang agak berbulu. Perbungaan berupa malai tersembul dipermukaan tanah, berbentuk tongkat atau bundar telur yang sempit, 2,75 – 3 kali lebarnya, sangat tajam ; panjang malai 3,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 1,75 cm ; gagang bunga hampir tidak berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang ; sisik pada gagang terdapat 5 – 7 buah, berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak berbulu, panjang sisik 3 – 5 cm; daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik, bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1 – 1,75 cm ; mahkota bunga berbentuk tabung 2 – 2,5 cm, helainya agak sempit, berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 – 2,5 mm, lebar 3 – 3,5 mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12 – 15 mm ; kepala sari berwarna ungu, panjang 9 mm ; tangkai putik 2 


2.3 Jenis Tanaman


Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk & warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
  • Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak : Rimpangnya lebih besar & gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.
  • Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit : Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin & minyak atsirinya.
  • Jahe merah : Rimpangnya berwarna merah & lebih kecil dari pada jahe putih kecil. sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, & juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan - JENIS TANAMAN JAHE

3. MANFAAT TANAMAN JAHE

Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma & rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula & berbagai.minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi asinan jahe, dibuat acar, lalap, bandrek, sekoteng & sirup. Dewasa ini para petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami. Dalam perdagangan jahe dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk & awetan jahe. Disamping itu terdapat hasil olahan jahe seperti: minyak astiri & koresin yang diperoleh dengan cara penyulingan yang berguna sebagai bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis & lain-lain.
Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba & parasit, anti piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung & getah empedu - MANFAAT TANAMAN JAHE




4. SENTRA PENANAMAN JAHE

Terdapat di seluruh Indonesia, ditanam di kebun & di pekarangan. Pada saat ini jahe telah banyak dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir, Yunani, India, Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. Jahe dari Jamaika mempunyai kualitas tertinggi, sedangkan India merupakan negara produsen jahe terbesar, yaitu lebih dari 50 % dari total produksi jahe dunia - SENTRA PENANAMAN JAHE

5. SYARAT PERTUMBUHAN JAHE
  1. Iklim
    1. Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun.
    2. Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di tempat yang terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari.
    3. Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman jahe antara 20-35°C.
  2. Media Tanam
    1. Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur & banyak mengandung humus.
    2. Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir & tanah laterik.
    3. Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah adalah 6,8-7,0.
  3. Ketinggian Tempat
    1. Jahe tumbuh baik di daerah tropis & subtropis dengan ketinggian 0-2.000 m dpl..
    2. Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 - 600 m dpl - SYARAT PERTUMBUHAN JAHE

6. PEDOMAN BUDIDAYA JAHE

6.1. Pembibitan
  1. Persyaratan Bibit : Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi), & mutu fisik. yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama & penyakit. Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain:
    • Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
    • Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan).
    • Dipilih pula dari tanaman yang sehat & kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
  2. Teknik Penyemaian Bibit : untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan.
    1. Penyemaian pada peti kayu : Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas & dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida & zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.
    2. Penyemaian pada bedengan : Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, & di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari & sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah..Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan & setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas & beratnya 40-60 gram.
  3. Penyiapan Bibit : Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung & dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.
6.2. Pengolahan Media Tanam
  1. Persiapan Lahan : untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan syarat-syarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.
  2. Pembukaan Lahan : Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah & membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit & hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam & sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.
  3. Pembentukan Bedengan : Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek & sekaligus untuk encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
  4. Pengapuran : Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) & calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp & pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah & merangsang pembentukan biji.
    1. Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
    2. Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
    3. Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
6.3. Teknik Penanaman.
  1. Penentuan Pola Tanaman : Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi & produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
    1. Mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya harga.
    2. Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman.
    3. Meningkatkan produktivitas lahan.
    4. Memperbaiki sifat fisik & mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu). Praktek di lapangan, ada jahe yang ditumpangsarikan dengan sayur-sayuran, seperti ketimun, bawang merah, cabe rawit, buncis & lain-lain. Ada juga yang ditumpangsarikan dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah & beberapa kacang-kacangan lainnya.
  2. Pembutan Lubang Tanam : untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm untuk menanam bibit.
  3. Cara Penanaman : Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.
  4. Perioda Tanam : Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September & Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
  1. Penyulaman : Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan untuk melihat rimpang yang mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan yang benar.
  2. Penyiangan : Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar..
  3. Pembubunan : Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara & air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam & diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan & sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah & banyaknya hujan.
  4. Pemupukan :
    1. Pemupukan Organik : Pada pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan & obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar & dicampur tanah olahan. untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, & 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan & bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
    2. Pemupukan Konvensional : Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang & pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; & ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), & K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N & K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) & sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan & 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur & ditanam di sela-sela tanaman.
  5. Pengairan & Penyiraman : Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September;
  6. Waktu Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk disemai & pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe - PEDOMAN BUDIDAYA JAHE

7. HAMA & PENYAKIT TANAMAN JAHE

7.1. Hama

Hama yang dijumpai pada tanaman jahe adalah:
  • Kepik, menyerang daun tanaman hingga berlubang-lubang.
  • Ulat penggesek akar, menyerang akar tanaman jahe hingga menyebabkan tanaman jahe menjadi kering & mati.
  • Kumbang.
7.2. Penyakit
  1. Penyakit layu bakeri
    • Gejala: Mula-mula helaian daun bagian bawah melipat & menggulung kemudian terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning & mengering. Kemudian tunas batang menjadi busuk & akhirnya tanaman mati rebah. Bila diperhatikan, rimpang yang sakit itu berwarna gelap & sedikit membusuk, kalau rimpang dipotong akan keluar lendir berwarna putih susu sampai kecoklatan. Penyakit ini menyerang tanaman jahe pada umur 3-4 bulan & yang paling berpengaruh adalah faktor suhu udara yang dingin, genangan air & kondisi tanah yang terlalu lembab.
    • Pengendalian:
      • jaminan kesehatan bibit jahe;
      • karantina tanaman jahe yang terkena penyakit;
      • pengendalian dengan pengolahan tanah yang baik;
      • pengendalian fungisida dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%)
  2. Penyakit busuk rimpang
    • Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25 derajat C & terus berkembang akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk.
    • Gejala: Daun bagian bawah yang berubah menjadi kuning lalu layu & akhirnya tanaman mati.
    • Pengendalian:.
      • penggunaan bibit yang sehat;
      • penerapan pola tanam yang baik;
      • penggunaan fungisida.
  3. Penyakit bercak daun
    • Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa luka.
    • Gejala: Pada daun yang bercak-bercak berukuran 3-5 mm, selanjutnya bercak-bercak itu berwarna abu-abu & ditengahnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yang terserang bisa mati.
    • Pengendalian: baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit bercak daun sama halnya dengan cara-cara yang dijelaskan di atas.
7.3. Gulma 

Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, & gulma berdaun lebar lainnya. 

7.4. Pengendalian hama/penyakit secara organik
Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama & penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
  1. Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama & penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman
  2. Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami
  3. Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama & penyakit.
  4. Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
  5. Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama & penyakit potensial.
  6. Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan & tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.
Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati & digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:.
  1. Tembakau (Nicotiana tabacum) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.
  2. Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, & lalat buah.
  3. Tuba (Derris elliptica & Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan
    semprotan.
  4. Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng & serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV & Tungro.
  5. Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida & larvasida.
  6. Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron & biasanya digunakan untuk racun serangga & pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus - HAMA & PENYAKIT TANAMAN JAHE
8. PANEN JAHE
  1. Ciri & Umur Panen : Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang & sisanya dibiarkan sampai tua. Apabila jahe untuk dipasarkan maka jahe dipanen setelah cukup tua. Umur tanaman jahe yang sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi kuning & batang semua mengering. Misal tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan & akan berlangsung selama 15 hari atau lebih.
  2. Cara Panen : Cara panen yang baik, tanah dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah & kotoran lainnya yang menempel pada rimpang dibersihkan & bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab & penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan agak disebar.
  3. Periode Panen. : Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan, yaitu diantara bulan Juni – Agustus. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang & menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.
  4. Perkiraan Hasil Panen : Produksi rimpang segar untuk klon jahe gajah berkisar antara 15-25 ton/hektar, sedangkan untuk klon jahe emprit atau jahe sunti berkisar antara 10-15 ton/hektar - PANEN JAHE
9. PASCAPANEN JAHE
  1. Penyortiran Basah & Pencucian : Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, & gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran & tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya & jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas & senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran & banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
  2. Perajangan : Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel & alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya & taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
  3. Pengeringan : Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab & dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi..Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50 ° C - 60 ° C. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven & pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan
  4. Penyortiran Kering. : Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
  5. Pengemasan : Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih & kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih & metode penyimpanannya.
  6. Penyimpanan : Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab & suhu tidak melebihi 30 ° C & gudang harus memiliki ventilasi baik & lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih & terbebas dari hama gudang - PASCAPANEN JAHE
Baca Juga tentang Cara Menanam Buah Jambu Air di : Teknik Cara Budidaya Tanaman Jeruk Lengkap

Semoga artikel Teknik Cara Budidaya Tanaman Jahe Lengkap di atas dapat bermanfaat. Terimakasih atas kunjungannya di blog Budidaya Desa ini. 

Terimakasih atas kunjungannya.
Artikel Terkait:

Anda sedang membaca artikel tentang Teknik Cara Budidaya Tanaman Jahe Lengkap dan anda bisa menemukan artikel Teknik Cara Budidaya Tanaman Jahe Lengkap ini dengan url https://budidaya-desa.blogspot.com/2014/09/teknik-cara-budidaya-tanaman-jahe.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Teknik Cara Budidaya Tanaman Jahe Lengkap ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Teknik Cara Budidaya Tanaman Jahe Lengkap sumbernya.

1 Komentar:

Anonim mengatakan...

Terima kasih Sangat berguna sekali

Posting Komentar

  ©Budidaya Desa - Todos os direitos reservados.

Template by Dicas Blogger | Sitemap